Sebuah studi menemukan obat revolusioner dalam pengobatan asma. Tablet ini dibuat dari protein tungau debu yang umum ditemukan dalam rumah. Segera setelah diminum, pil akan mencair di bawah lidah dan bertujuan menyempurnakan sistem kekebalan tubuh sehingga tidak bereaksi berlebihan ketika kontak dengan kotoran tungau, pemicu utama untuk serangan asma.
Hasil uji coba awal menunjukkan, pasien yang minum pil setiap hari akan mengurangi pemakaian steroid inhalasi–obat yang kerap menjadi pilihan menjaga serangan asma. Percobaan yang melibatkan 600 penderita asma yang alergi terhadap tungau debu rumah mengungkap, satu dari tiga penderita asma yang minum obat ini berhenti menggunakan steroid inhalasi mereka.
Asma bisa menyebabkan kondisi yang berakibat fatal. Satu dari penderita asma di Inggris meninggal tujuh jam setelah serangan terjadi. Lebih dari 70 ribu orang dari 5,2 juta penderita asma di negara ini harus menjalani perawatan.
Tungau debu rumah adalah penyebab utama serangan mengi dan asma. Hewan tersebut berasal dari keluarga laba-laba, berukuran kurang dari setengah milimeter dan memiliki warna putih. Tungau berkembang biak dalam tempat lembab dan gelap dan bersuhu 25 derajat Celcius.
Sel kulit mati manusia adalah makanan favorit hewan ini. Tak mengherankan populasi tungau banyak ditemukan pada kasur, bantal, pakaian, karpet, kursi, dan mainan berbahan lembut seperti boneka.
Kotoran tungau mengandung protein dan ketika dihirup atau disentuh seseorang yang alergi mendorong produksi antibodi. Hal ini menyebabkan pelepasan bahan kimia yang disebut histamin dalam jumlah yang sangat banyak. Dampaknya terjadi pembengkakan dan iritasi pada saluran pernapasan sehingga penderita sulit bernapas.
Penderita yang sensitif terhadap kotoran tungau debu disarankan melakukan pencegahan termasuk membersihkan dinding dan lantai dengan kain basah, menggunakan plastik untuk tirai dan membekukan bantal dan mainan yang sering digunakan sebulan sekali. Tablet anti-asma ini dikembangkan perusahaan Denmark Alk Abello, yang juga membuat pil anti-demam Grazax, dari serbuk sari rumput.
Hasil uji coba awal menunjukkan, pasien yang minum pil setiap hari akan mengurangi pemakaian steroid inhalasi–obat yang kerap menjadi pilihan menjaga serangan asma. Percobaan yang melibatkan 600 penderita asma yang alergi terhadap tungau debu rumah mengungkap, satu dari tiga penderita asma yang minum obat ini berhenti menggunakan steroid inhalasi mereka.
Asma bisa menyebabkan kondisi yang berakibat fatal. Satu dari penderita asma di Inggris meninggal tujuh jam setelah serangan terjadi. Lebih dari 70 ribu orang dari 5,2 juta penderita asma di negara ini harus menjalani perawatan.
Tungau debu rumah adalah penyebab utama serangan mengi dan asma. Hewan tersebut berasal dari keluarga laba-laba, berukuran kurang dari setengah milimeter dan memiliki warna putih. Tungau berkembang biak dalam tempat lembab dan gelap dan bersuhu 25 derajat Celcius.
Sel kulit mati manusia adalah makanan favorit hewan ini. Tak mengherankan populasi tungau banyak ditemukan pada kasur, bantal, pakaian, karpet, kursi, dan mainan berbahan lembut seperti boneka.
Kotoran tungau mengandung protein dan ketika dihirup atau disentuh seseorang yang alergi mendorong produksi antibodi. Hal ini menyebabkan pelepasan bahan kimia yang disebut histamin dalam jumlah yang sangat banyak. Dampaknya terjadi pembengkakan dan iritasi pada saluran pernapasan sehingga penderita sulit bernapas.
Penderita yang sensitif terhadap kotoran tungau debu disarankan melakukan pencegahan termasuk membersihkan dinding dan lantai dengan kain basah, menggunakan plastik untuk tirai dan membekukan bantal dan mainan yang sering digunakan sebulan sekali. Tablet anti-asma ini dikembangkan perusahaan Denmark Alk Abello, yang juga membuat pil anti-demam Grazax, dari serbuk sari rumput.
Sumber : a4msan.com
0 comments