Ukir Anakmu dengan Ilmu Sejak Kecil


Anak-anak pada fase pertama memiliki karakteristik ingatan yang kuat. Sudah semestinya kita arahkan untuk menuntut ilmu dan mengajari mereka perkara-perkara agama. Seperti menghafal al-Quran al-Karim dan sunah nabi yang suci serta menanamkan aqidah yang benar.

Umat ini amat butuh kepada ulama yang kuat dan dai-dai yang berpandangan luas dengan Al-Qur’an dan sunah. Hal ini tidak akan terwujud selain dengan menuntut ilmu sedini mungkin. Jangan katakan hal ini sulit atau mustahil.

Ibnu Muflih berkata :

“Ilmu yang didapat sejak kecil lebih kuat. Sudah seharusnya memperhatikan pelajar muda, terlebih lagi mereka yang memiliki kecerdasan, penalaran dan semangat menuntut ilmu. Janganlah menjadikan usia dini, kefakiran dan kelemahan mereka sebagai penghalang dalam memperhatikan dan fokus pada mereka.” (Al-Ă‚dab as-Syar’iah I/244)

Inilah beberapa contoh praktis dan kisah-kisah pentingnya menuntut ilmu sejak dini dalam membangun kepribadian:

1. Ibnu Abbas berkata:

“Ketika Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- wafat, aku berkata kepada seorang anak lelaki Anshar:

“Ayolah kita bertanya (menuntut hadits) kepada para sahabat Nabi -shalallahu alaihi wasallam-, sekarang ini jumlah mereka masih banyak.”

Anak laki-laki itu menjawab:

“Engkau ini aneh, wahai Ibnu Abbas, apakah engkau merasa bahwa orang-orang akan membutuhkanmu?! Bukankah para sahabat Nabi -shalallahu alaihi wasallam- masih cukup banyak seperti yang engkau tahu?!”

Aku pun meninggalkan anak itu dan mulai menanyai para sahabat. Jika merasa akan mendapatkan Hadits dari seseorang, aku akan mendatanginya dan membentangkan selendangku di depan pintu rumahnya, walau angin bertiup dan debu-debu beterbangan mengenaiku. Manakala orang itu keluar dan melihatku dia berkata:

“Wahai sepupu Rasulullah, mengapa tidak engkau utus saja seseorang kepadaku dan aku akan mendatangimu?!”

“Aku lebih berhak mendatangimu untuk menanyaimu…” Jawabku.

Sementara anak lelaki itu masih tetap pada keadaannya. Manakala dia melihatku dalam keadaan orang-orang telah berkerumun belajar kepadaku dia berkata:

“Anak muda ini lebih berakal dariku.” [1] Siar a’lam an-Nubala III/343)

2. Ma’mar berkata:

“Aku mendengar dari Qotadah, ketika itu usiaku 14 tahun:

“Tidak ada sesuatu yang aku dengar pada seusia ini melainkan seperti terpatri dalam dadaku.” (Siar a’lam an-Nubala V/7-18)

3. Ummu Darda berkata:

“Pelajarilah ilmu dari kecil, ketika besar engkau akan mengamalkannya. Sesungguhnya apa yang dipetik adalah apa yang dulu ditanam.” (Siar a’lam an-Nubala XII/615)

Mengajari mereka perkara-perkara Syariat yang mesti diketahui

Anak wajib diajarkan sejak dini perkara-perkara syari’at yang harus diketahuinya, seperti shalat, puasa dan yang sepertinya. Hal itu agar mereka tumbuh dengan pertumbuhan yang shalih, seperti ungkapan:

“Belajar di waktu kecil seperti mengukir di atas batu”.

Contoh praktis:

Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:

“Perintahkan anak-anak kalian shalat pada umur tujuh tahun, dan pukullah mereka karenanya jika berumur sepuluh tahun. Pisahkan juga tempat tidur mereka.” (Sunan Abi Dawud no.495 bab: Mata yu’marus Shobi as-Shalah).

Demikianlah, usia dini adalah usia menanam. Maka tanamlah bibit seunggul mungkin, sehingga kita akan memanen hasil yang terbaik.
Sumber: jurnalislam.com

(fauziya/muslimahzone.com)
Load disqus comments

0 comments