Seni Menikmati Konflik dalam Rumah Tangga


Saat banyak orang mengira pernikahan yang bermasalah adalah yang selalu sarat dengan konflik, ketahuilah, sebuah pernikahan yang tidak pernah ada konflik pun merupakan tanda bahwa ada masalah dalam pernikahannya.

Karena adanya konflik antara suami istri menunjukkan dinamika pernikahan yang ada mengalami proses pertumbuhan, tidak statis saja diam di tempat.

Dan hadirnya konflik juga menjadi pertanda bahwa pihak suami dan pihak istri sedang berusaha bergerak meninggalkan zona lamanya untuk membentuk zona baru yang harus mereka jalani setelah menikah.

Zona lama yang dimaksud yaitu kondisi diri saat masing-masing hanya bicara soal “saya”, sedangkan zona baru yaitu saat keduanya akhirnya sanggup berkata “kita” dalam setiap tindak tanduk gerak dan keputusan yang diambil.

Karena menikah itu tidak lagi melulu bicara soal “saya” atau “dia”, tapi “kita”. Dan salah satu proses yang dibutuhkan untuk pembentukan kondisi tersebut yaitu dengan hadirnya konflik.
Dengan hadirnya konflik, kita jadi paham apa sebenarnya keinginan terdalam pasangannya, dan di saat bersamaan kita pun akan mulai membuka diri untuk mengungkapkan keinginan terdalam kita kepada pasangan.

Konflik  juga dapat mengantarkan kita dan pasangan berada dalam kondisi paling jujur, tanpa ada tabir sama sekali.

Namun meski konflik itu dibutuhkan untuk proses pertumbuhan pernikahan, tetap saja dosisnya harus wajar. Ibarat sayur tanpa garam tidak akan enak, namun jika terlalu banyak dibubuhi garam yang ada sayur menjadi asin dan menyebabkan kita darah tinggi.

Begitu juga dosis konflik dalam rumah tangga, harus sesuai kewajaran, dan masih dalam koridor sebuah pernikahan yang sehat. Karena jika konflik terlalu sering terjadi, maka dinamika pertumbuhannya akan mengarah kepada pola pernikahan yang sakit.

Hal paling penting yang harus kita garis bawahi saat konflik terjadi yaitu suami dan istri harus mulai menegakkan panca indra, bahwa saat itulah momen terbaik mencari tahu apa keinginan diri dan apa keinginan pasangan, sehingga sesudahnya keduanya akan dapat menghasilkan formula yang pas yang sanggup memfasilitasi kebutuhan keduanya, tanpa ada yang merasa tersakiti lagi satu sama lain.

So… Jangan terlalu mendramatisir keadaan saat konflik menghampiri, dekatkan selalu diri kita kepada Allah, agar sesudah konflik kondisi rumah tangga makin kuat pondasinya. Jangan biarkan konflik berlalu begitu saja tanpa hikmah, justru jadikan konflik yang ada sebagai sarana kita dan pasangan agar dapat lebih memahami satu sama lain.

Rena Puspa

Sumber : ummi-online

(fauziya/muslimahzone.com)
Load disqus comments

0 comments